Saturday, August 08, 2009

Cerita Dalam Kehidupan (part 2)

Kembalikan Keranjang Itu

Suatu kali ada sepasang suami istri yang hidup serumah dengan ayah sang suami. Orang tua ini sangat merepotkan karena berperangai buruk dan tak henti-hentinya mengeluh. Akhirnya pasangan tersebut memutuskan untuk mengenyahkannya. Sang suami memasukkan ayahnya ke dalam keranjang yang dipanggul di bahunya. Ketika ia sedang bersiap-siap meninggalkan rumah, anak laki-lakinya yang baru berusia delapan tahun muncul dan bertanya, "Ayah, kakek mau dibawa kemana? " Sang ayah menjawab bahwa ia bermaksud membawa kakek ke gunung agar ia bisa belajar hidup sendiri. Anak itu terdiam menyaksikan ayahnya berlalu, tiba-tiba ia berteriak, "Ayah, jangan lupa membawa pulang keranjangnya."

Ayahnya merasa aneh, sehingga ia berhenti dan bertanya, "Mengapa?" Anak itu menjawab, "Aku memerlukannya untuk membawa ayah nanti kalau ayah sudah tua." Orang itu segera membawa kembali ayahnya dan sejak itu mereka merawat orang tua itu dengan penuh perhatian dan memenuhi semua kebutuhannya.





Anda Membawa Sial Padaku

Kalidasa adalah penyair Sansekerta termasyur yang hidup di India pada abad ketiga Masehi. Sebagai anak kecil, ia tinggal bersama ibunya dalam sebuah gubuk yang berhadapan dengan istana raja. Di balik tembok istana banyak terdapat pohon mangga yang tumbuh lebat. Pada musimnya, buah-buah mangga yang harum berlimpah ruah. Jika tak ada orang sekitar, Kalidasa akan memanjat tembok dan mengambil beberapa mangga.

Suatu hari ketika sedang mencuri mangga, Kalidasa tidak menyadari kehadiran raja yang melihatnya dari jendela istana. Pagi itu ketika sedang mengupas mangga, sang raja secara tidak sengaja melukai tangannya sendiri. Karena luka itu mengeluarkan banyak darah, raja segera mengumpulkan semua penasihat dan tukang ramalnya untuk mengungkapkan padanya apa makna luka itu. Para penasihat kerajaan itu berpikir sejenak, kemudian mereka bertanya apakah raja melihat sesuatu yang tidak biasa hari itu. Sang raja menjawab bahwa ia melihat seorang anak kecil mencuri mangga dari kebun istana. "Oh, Apa yang Paduka lihat sungguh tidak baik. Anak itu membawa malapetaka bagi Paduka." kata para penasihat itu. "Lebih baik Paduka menyingkirkan anak itu."

Raja segera memerintahkan agar anak kecil itu dibawa ke hadapannya. Dengan gemetar Kalidasa bersujud di hadapan raja. Ia diberi tahu bahwa raja telah melihatnya mencuri mangga dan ini akan membawa kesialan bagi raja. Ia ditanya apakah ada pesan terakhir sebelum dieksekusi.

"Hamba menyesal telah membawa nasib buruk bagi Paduka," kata Kalidasa, "tapi akan adil juga jika orang yang melihat hamba mencuri mangga tadi pagi ikut dihukum karena dia pun membawa nasib buruk bagi saya." Jawaban ini mengejutkan Sang raja karena ia segera menyadari betapa bodoh tindakannya mengikuti anjuran para tukang ramal yang menyebut diri mereka orang bijaksana. Terkesan dengan Kalidasa, raja mengangkatnya sebagai anak. Di dalam istana Kalidasa belajar kesusastraan dan akhirnya menjadi penyair yang termasyhur di India. Dia menulis drama Shakuntala yang masih dimainkan sampai saat ini.





Berhati-hatilah Terhadap Si Licik

Seseorang melihat seekor macan terjebak dalam perangkap. Sang macan memohon agar orang itu membebaskannya, tapi orang itu berkata, "Tidak, engkau akan memakanku kalau kau kubebaskan." Namun macan itu terus memohon, mengiba-iba, dan berjanji bahwa ia bukan hanya tidak akan mengganggunya, bahkan akan menjadi pelindungnya. Orang bodoh itu percaya pada omongan macan dan membebaskannya. Tak perlu diceritakan, macan yang tak tahu berterima kasih itu menerkamnya. Orang itu berteriak ketakutan dan suaranya menarik perhatian seekor rubah.

Orang itu menceritakan kepada rubah bagaimana ia telah membebaskan macan dari jala perangkap. Tapi macan itu berkilah bahwa orang itu tidak benar-benar berniat membebaskannya. Ketika mereka berselisih seperti itu, rubah berkata, "Tunggu, saya sungguh bingung. Jika kalian ingin aku menyelesaikan masalah ini, aku harus tahu awalnya bagaimana. Sekarang, coba di mana macan berada ketika engkau datang?" Orang itu mulai menjelaskan tapi rubah berkata, "Aku masih belum mengerti, tunjukkan padaku bagaimana macan terperangkap." Macan bodoh itu kembali masuk ke dalam jala. Setelah yakin binatang buas itu sudah terperangkap kembali, si rubah menoleh kepada orang itu dan berkata, "Pergilah sekarang, berhati-hatilah terhadap makhluk licik yang membuat janji yang tak pernah ditepati."

0 comments: