Thursday, October 27, 2011

The Tarot

Apakah kamu percaya pada yang namanya ramalan?
Aku percaya. Aku rasa ramalan bukanlah sesuatu yang buruk. Dan bukan satu hal yang bijaksana untuk mengatakan bahwa ramalan adalah sebuah omong kosong jika aku bisa membuktikan dan meyakini bahwa apa yang keluar darinya adalah suatu kebenaran yang terjadi dalam hidupku. Aku rasa, beberapa atau mungkin aku bisa bilang, banyak orang membohongi diri sendiri dengan menganggap bahwa ramalan hanyalah omong kosong dan yang bisa aku pikirkan tentang mereka adalah bahwa mereka memiliki ketakutan tersendiri bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka. Sehingga mereka menipu diri sendiri dengan berusaha mengelaknya. Mengelak bukan berarti kamu akan lepas dari hal buruk. Dan tak semua yang terprediksi dimasa depan akan benar. Karena segala sesuatu berubah seiring berjalannya waktu dan segala pilihan yang kita ambil dalam hidup. Percayai apa yang baik dan benar terjadi, tapi jika sesuatu itu buruk, berusahalah untuk memperbaiki apa yang salah sehingga apa yang terjadi dimasa depan akan lebih baik.

Bulan ini adalah bulan Oktober, dimana akan ada perayaan halowen diakhir bulan. Aku baru saja mencoba tarot dan 99% tentang masa lalu dan saat ini yang terbaca disana adalah benar adanya. Sungguh luar biasa. Aku beberapa kali melakukan ramalan ketika pergi kesuatu tempat. Tapi aku tak selalu mempercayai hasil yang dikatakan oleh mereka. Aku berpikir dengan logika. Dan aku tak akan pernah bisa dengan mudah mempercayai segala sesuatu yang mereka katakan tentang masa depanku. Terutama jika mereka salah membaca segala sesuatu yang terjadi dimasa lalu dan masa sekarangku. Ketika mereka membaca dengan salah di 2 masa itu, mereka tak akan pernah bisa benar memprediksi masa depanku. Seperti itulah aku berpikir. Karena masa lalu dan saat ini adalah 2 hal yang pasti benar, sedangkan masa depan masih bisa berubah.

Dan aku benar-benar tak menyangka bahwa perasaan yang ada dalam diriku begitu kuatnya. Dan kartu apapun yang keluar dan mengartikan semuanya, begitu sempurna menggambarkan apa yang aku rasa. Luar biasa.

Wednesday, October 05, 2011

My Dream Life and The Real One

Di dunia ini, ada banyak sekali yang belum aku ketahui. Segala sesuatu di dunia ini ibarat air yang ada di samudera, dan apa yang aku ketahui hanyalah sebatas air yang ada di dalam sebuah gelas. Segala sesuatu berubah, menjadi lebih dari sebelumnya. Lebih baik, atau bahkan mungkin menjadi lebih buruk.

Aku selalu membayangkan tentang hidupku. Itulah bagaimana aku menghabiskan hari-hariku dimasa kecil. Tanpa seorang saudara perempuan yang bisa aku ajak bermain, merenung dan berkhayal adalah jalan satu-satunya yang bisa aku lakukan sebagai seorang anak introvert saat itu. Dan tentu saa impian itu melekat dalam ingatanku, dan semakin dewasa, segalanya benar-benar berbeda. Semua tak seperti apa yan aku bayangkan selama ini. Kenyataan yang ada benar-benar membuat kehidupan impian itu perlahan-lahan pudar. Aku tak pernah tau seperti apa kehidupan yang sebenarnya. Tak ada yang memberi tahuku apa yang harus aku lakukan pada diriku, pada hidupku, dan pada apa yang mungkin terjadi padaku. Aku hanya menerima nasehat-nasehat pendek tanpa mengetahui alasan yang ada dibelakangnya. Mungkin karena itulah ada banyak kepahitan yang tertanam di dasar jiwaku. Hidupku ini seperti kelinci percobaan, dimana aku akan selalu mempertaruhkan segala sesuatu untuk memutuskan menempuh suatu jalan beserta resiko yang ada di dalamnya.

Beberapa waktu yang lalu, aku menonton satu drama korea berjudul Personal Taste. Dan sejak itu, aku mulai berpikir, betapa miripnya aku dengan tokoh utama bernama Park Gae In, seorang wanita yang benar-benar bodoh dan hanya mengetahui secara dangkal tentang apa yang seharusnya dilakukan pada dirinya sendiri. Kebodohan yang sama, tentang penampilan, tentang perasaan, tentang memperlakukan orang yang disayang, tentang teman dekat dan sahabat. Semua sama. Pernah aku tertawa dan menangis bersamaan, mengetahui bahwa aku sama bodohnya dengan wanita itu. Aku melihat kebodohannya di film yang pada kenyataannya adalah kebodohanku di dunia nyata. Sedikit-sedikit aku belajar, bagaimana harus bertindak, dan tentu saja begitu sulitnya untuk dilakukan, karena aku harus mengingatkan diriku sendiri ketika aku salah. Dunia ini aneh, atau mungkin justru akulah yang aneh.

Tuesday, October 04, 2011

Just Like A Bird In A Nest

Selama ini, aku selalu diam dan bersikap pasif akan hidupku. Aku selalu mengalah dan berusaha untuk menuruti apa yang dikatakan orang tuaku. Walaupun tentu saja sering aku menangis setelahnya. Tak ada banyak perubahan hingga saat ini. Aku tetap melakukan hal yang sama, mengalah. Tapi aku akan tetap mengatakan apa yang aku rasakan, dan dengan patah hati, kesedihan, dan kekecewaan yang cukup dalam, aku akan berkata betapa aku sedih karenanya. Bukan karena aku tak bisa melakukan apa yang aku inginkan, ini lebih karena aku akhirnya harus membatalkan apa yang aku katakan sebelumnya.

Aku tak pernah suka ingkar janji, dan setiap kali aku membatalkan sesuatu yang telah aku setujui karenanya, aku akan cukup marah. Aku benci menjadi orang yang tidak konsisten. Aku orang yang terlalu stabil untuk bisa membatalkan suatu janji tanpa rasa bersalah.

Dan tentu saja disini pada akhirnya seolah-olah aku menyakiti keduanya. Menyakiti orang yang berjanji padaku karena akhirnya membatalkan janji secara sepihak, menyakiti orang tuaku karena aku akan marah dan membatah mereka karena membuatku membatalkan janji secara sepihak. Sering aku berkata, kalau memang aku tak boleh melakukan sesuatu, katakan hal itu diawal. Karena aku tak ingin dikenal sebagai seorang plin plan yang tak pernah membuat keputusan dengan tegas.

Banyak hal yang tak bisa aku ungkapkan. Mungkin karena aku merasa tak ada gunanya mengungkapkan hal itu. Hanya akan memperkeruh keadaan dan terus-terusan dibilang aku orang yang tak bersyukur akan apa yang ada. Tak semuanya benar. Aku bersyukur atas hidupku, walaupun selama ini yang bisa aku ingat kebanyakan adalah kesedihan dan kepaitan. Aku tau bahwa aku bahagia atas hidup yang ada, atas orang-orang yang begitu berharga dalam hidupku. Seperti halnya burung yang selalu tinggal di sarangnya, melihat bahwa dunia begitu indah tanpa benar-benar mengerti bahaya apa yang ada di dalamnya. Begitulah aku menjalani hidupku, jauh dari kehidupan luar yang begitu menakutkan, terkaget-kaget ketika mengetahui sedikit lebih banyak tentang rahasia kehidupan, berdiri diantara keluarga yang begitu ketat yang kolot dan kehidupan luar yang lebih modern. Kadang aku berpikir, aku seperti berdiri diperbatasan dua kota, kaki kanan ku di bagian ajaran lama yang kolot dan kaki kiriku di bagian dunia modern yang terus mengalami perubahan, tak ada tempat yang pasti, tentang siapa aku, dan sekali lagi tak ada yang memberitahuku, seperti apa aku harus menjadi, dan sekali lagi aku harus mencari tau sendiri, dengan kenyataan bahwa aku hidup dalam dua dunia yang benar-benar berbeda.

Sunday, October 02, 2011

Soulmate

Aku tau aku punya rencana dalam perubahan diriku. Plan yang sudah aku atur dari waktu yang cukup lama. Dan yang pada kenyataannya mengalami perubahan dan berjalan lebih cepat dari rencana awal. Aku tak pernah berusaha untuk berubah demi orang lain. Selama ini perubahan yang ada mengikuti rencana awalku. Tapi sepertinya perlahan semua berubah karena seseorang. Kadang aku berpikir, apakah perubahan yang aku lakukan akan berpengaruh juga pada diriku yang sebenarnya, merubah segala sesuatu yang selama ini ada dalam diriku. Tapi aku tak terlalu peduli, karena hanya aku yang tau pasti siapa diriku yang sebenarnya, apa yang sedang aku lakukan, untuk apa aku melakukannya, dan apa resiko yang mungkin terjadi karenanya.

Soulmate. Dari segala sesuatu yang aku perhatikan, aku selalu berpikir, dan merasa bahwa soulmate itu hanya satu untuk seorang. Tapi sekarang aku merasa, sepertinya pendapat itu salah. Soulmate itu lebih dari satu. Mungkin itu alasan seseorang bisa tertarik dan menyukai lebih dari satu orang. Cukup aneh untuk dipercaya, sebenarnya aku tak benar-benar ingin mempercayainya juga, karena tentu saja itu akan kembali merusak impianku selama ini. Bahkan bila hanya ada satu soulmate, aku akan bertanya-tanya, siapa orang itu. Dan sekarang aku harus mengakui bahwa soulmate tak hanya satu, benar-benar semakin membingungkan. Segala sesuatu, semakin aku ingin tau, semakin aku merasa bingung dan tetap tak bisa mengerti.