Saturday, August 27, 2011

First Love Forever Love

Jika saat itu aku punya keberanian, cinta kita pasti tak akan berakhir seperti ini.
Jika saat itu kamu gigih, kisah kitapasti tak akan menjadi begini.

Cinta pertama telah menorehkan luka di hatiku. Menyisakan malam-malam penuh derai air mata, mengingatkanku selalu kepadamu, pada cinta kita ...

Kita sering tak mengerti apakah yang dinamakan cinta. Dulu aku selalu berpikir cinta bisa melampaui segalanya. Saat itu aku tak tahu bahwa ternyata ada kekuatan lain yang disebut takdir ... Kita tak bisa melakukan apa pun untuk mengubahnya dan hanya bisa menerimanya.






Ini bukan novel cinta pertama yang aku baca. Dan dari ratusan yang aku baca, novel ini adalah novel pertama yang benar-benar terukir sangat jelas di benakku. Cerita cinta, bukan cerita cinta ingusan yang sering ada di novel-novel remaja, dengan alur yang dengan mudah dapat kita ketahui jauh sebelum novel itu selesai. Cerita cinta yang begitu dalam, tapi tak tampak membual ataupun penuh imajinasi yang dangkal tentang cinta. Terlalu nyata, menyakitkan, penuh pengorbanan, sow me what the true love is.

Keep Silent

Bertanya-tanya seperti apa aku dulu? Rasanya dulu aku selalu bisa menyimpan perasaanku dengan baik. Seseorang tak akan tau aku menyukainya walaupun kami saling berbicara. Tapi kenapa semua berubah? Sekarang aku benar-benar kesulitan menutupi perasaan yang ada. Selalu ingin mengungkapkannya. Seperti terlalu penuh di dalam sehingga mau atau tidak aku harus menumpahkannya keluar, dan itu berarti mengutarakannya.

Ada kalanya aku merasa menjadi diriku yang dulu lebih menyenangkan. Menyimpan segalanya sendirian, memikirkannya sendirian. Kadang ketika aku sudah tak sanggup menyimpannya, aku akan memeluk bonekaku, bercerita dan menangis kepadanya. Memang boneka itu tak akan bisa mendengar, berbicara, ataupun menghiburku. Tetapi itu mengurangi beban yang ada.

Bercerita pada orang lain, aku baru melakukannya di masa akhir sekolah menengah pertamaku. Pertama kalinya aku punya teman dekat yang selalu mengajakku berkomunikasi setiap harinya. Kemudian aku bertemu dengan seorang teman dekatku lagi di sekolah menengah atas. Dan mungkin sejak saat itu aku mulai berubah. Mulai menceritakan masalahku, berbagi cerita. Akhir-akhir ini aku mulai sedikit lebih tertutup lagi. Bercerita pada orang lain kadang bukan hal yang baik. Ketika kamu memintanya untuk menjaga rahasia tetapi mereka membocorkannya, ketika kamu ingin bercerita tetap mereka sedang sibuk dengan urusan mereka, terlalu banyak hal yang ku pikirkan sebelum aku bercerita, dan kenyataan bahwa tak mungkin seseorang selalu ada ketika aku ingin bercerita adalah satu alasan terutama. Menulis di blog, seperti menulis di diary, berbicara pada diri sendiri tapi menganggapnya bercerita pada orang lain jauh lebih baik.

Kapanpun aku ingin bicara, sedih, bahagia, jatuh cinta, patah hati, marah, kecewa, apapun yang ingin aku katakan tak ada yang harus aku sembunyikan, mengalir mengikuti suasana. Walaupun memang masih ada beberapa hal yang aku sembunyikan karena tak bisa membaginya dengan orang lain.

Aku baru membaca sebuah novel, dan jujur karena itulah aku mulai bertanya-tanya apa yang membuatku tak sanggup menahan perasaan dan selalu mencurahkannya dalam tindakan ketika aku tak bisa dan tak berani mengungkapkan dengan kata-kata. Seorang wanita yang jatuh cinta tapi berusaha mati-matian menutupi perasaannya, dan dia berhasil. Karena pada akhirnya laki-laki yang dia suka menyatakan perasaan terlebih dahulu.

Satu hal yang aneh adalah cobaan di dunia lebih berat bagi orang-orang baik. Memang aneh, tetapi pada kenyataanya banyak orang baik hati yang justru mendapatkan musibah lebih buruk daripada mereka yang jahat. Tragis.

Going Around The World

Mmm, tak tau pasti apa alasannya, dan mengapa aku ingin melakukannya. Aku mengubah rencana hidupku, ya, sekali lagi aku mengubahnya. Aku rasa aku ingin menghabiskan waktuku untuk pergi ke luar negri, bertemu dengan orang-orang dari negara lain, berteman dan menjadi sahabat mereka. Aku ingin tau bagaimana cara mereka berteman. Karena aku tau pasti cara berpikir mereka pasti berbeda dengan kita.

Tentu saja itu bukan hal yang mudah. Tapi aku benar-benar tak ingin menjadi katak dalam tempurung, seperti burung dalam sangkar. Aku ingin terbang bebas, melakukan apa yang aku inginkan, dan ini adalah salah satunya. Perlahan-lahan aku akan memikirkannya. Cara yang paling tepat untuk tetap bisa meneruskan pekerjaan orang tuaku tetapi tetap bisa melakukan apa yang aku inginkan.

Orang tua, pekerjaan mereka, ketakutanku, ya aku sudah menemukan 3 penghalang yang mungkin akan menahanku tetap di tempat ini. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk bisa memulai perjalanan ini? Kadang aku merasa waktu berjalan begitu cepatnya tanpa ada hal yang bisa diprediksikan. Tapi memang seperti inilah yang terjadi.

Mungkin seharusnya dulu aku belajar lebih rajin supaya bisa beasiswa ke luar negri, tapi itupun orang tuaku belum tentu mengijinkannya. Selalu ada batu sandungan setiap kamu berjalan, tapi bukan berarti kamu harus berhenti disana, karena walau bagaimanapun, jalan itu akan tetap disana, begitu juga dengan batu sandungan itu. Ketika kamu terjatuh karena batu itu, bangun dan tetap lanjutkan perjalananmu, karena jalan itu tetap disana, menuntunmu sampai ke tujuan. Yang terpenting adalah bagaimana dirimu, apakah kamu akan tetap diam disana, meratapi satu batu sandungan kecil yang berhasil menjatuhkanmu, atau melewatinya dan tersenyum melanjutkan perjalanan yang ada, berterima kasih pada batu kecil yang memberi satu pengalaman baru dalam hidupmu, membuatmu menjadi lebih dewasa dan bijak dalam melakukan sesuatu.

Friday, August 26, 2011

Song and My life

Aku selalu suka lagu. Selain membaca buku hal yang paling aku suka adalah mendengarkan lagu. Dulu lagu-lagu yang ada di komputerku pasti lagu-lagu slow. Semakin melan semakin bagus. Mulai beberapa waktu yang lalu aku mulai menyukai lagu dengan beat yang agak cepat. Aku bukan orang yang bisa dengan mudah menyukai sesuatu yang berbeda dari aku yang sebelumnya. Keras kepala, keras kemauan. Alasanku mulai suka lagu-lagu yang agak cepat adalah karena menurutku lagu-lagu melan menjeratku begitu kuat, sampai rasanya begitu sulit untuk bergerak dan bernapas. Semakin sedih semakin mendengar lagu pelan, semakin terperosok aku dalam kesedihan yang lebih dalam. Tetapi ketika aku sedih dan aku mendengarkan lagu cepat, setidaknya perasaan sedih yang ada jadi lebih longgar.

Aku tau pasti seberapa berat hidup tanpa lagu dalam hidupku. Ketika aku menjalankan athasila (8 sila dalam agama Buddha) yang salah satu silanya adalah menghindari hiburan. Awalnya aku kira yang paling berat adalah menghindari memakai bedak dan aksesoris, ternyata aku salah, hidup tanpa musik lah yang mematikan untukku. Dan aku rasa mungkin itu akan jadi kali terakhir aku mengambil sila. Aku tak bisa hidup tanpa musik. Hidupku benar-benar mati karena perasaanku terus tumbuh dengan musik.

Anehnya, begitu sukanya aku pada musik hanya sebatas itu saja. Nyatanya aku pernah ikut les biola dan piano, tapi semuanya berhenti ditengah dan hanya sia" belaka. Aku hanya tau teknik bermainnya, tapi tak memiliki kemampuan untuk memainkannya dengan baik. Tak ada ketertarikan untuk memainkannya, tapi ku benar-benar mencintai mendengarkan musik. Dari dulu aku selalu ingin melihat konser musik, tapi bukan konser musik rock atau pop. Aku ingin benar-bear konser musik, seperti musik ciptaan Mozart, Bethoveen, dan lainnya. Aku juga suka menonton opera, pertunjukan seperti itu benar-benar sesuatu yang luar biasa. Aku yakin perasaanku pasti melunjak dan penuh dengan bunga jika aku benar-benar bisa menonton konser seperti itu.

Wondering

Harusnya ini post kemarin, tapi inetku mati sebelum save =="

Satu hal yang menyakitkan adalah mengetahui bahwa orang yang paling dekat denganmu tak mengerti siapa kamu, dan tak pernah yakin tentang siapa kamu. Aku pernah mengalaminya sekali sebelum ini, dan kali ini, perasaan yang sama kembali terulang, dan jauh lebi menyakitkan.

Mungkin memang aku yang bodoh, karena begitu percaya, aku akan mencari tau sifat, kebiasaan, kesukaan dan apa yang mereka benci, sampai pada akhirnya aku bisa memprediksi segala sesuatu tentang mereka, dan pasti benar, ketika berhubungan dengan orang lain. Tetapi aku tak pernah mempelajari apa yang terjadi bila berhubungan dengan diriku. Dekat dengan orang, menceritakan banyak hal dengannya, mulai cari cara berpikir, perasaan dan sebagainya, tetapi mereka bahkan seperti orang yang baru saja mengenalmu. Terlalu menyakitkan.

Dulu aku orang yang memikirkan apa yang orang lain pikiran tentang diriku. Seiring waktu, aku mulai mengurangi hal itu. Tapi pemikiran orang terdekatku benar-benar bisa membuatku begitu sedih, seperti ditusuk ratusan pisau tepat di jantungku.

Sekali lagi aku bertanya-tanya dan merenung, apa yang membuat mereka, orang-orang yang aku pilih untuk membagi perasaan dan segalanya tentangku, justru adalah orang-orang yang tak pernah percaya dan mengenal aku. Mungkin ketika seseorang datang pada mereka dan mengatakan bahwa aku ini orang yang jelek, kemudian bertanya kepada mereka, bagaimana menurutmu? Jawaban mereka mungkin seperti ini, "Aku nda tau ya, aku deket dia tapi aku nda tau dee sebenere ya apa" =(

Apa orang-orang terdekatku seperti itu semua? Lebih baik aku berteman biasa dengan seseorang yang percaya benar-benar karena mereka mencari tau balik siapa aku, daripada punya orang dekat, menceritakan dan berbagi segala sesuatu, tapi tak pernah yakin siapa aku =(

Sunday, August 21, 2011

Memory

Pikiran memang selalu bergerak secara liar. Agak susah untuk mengendalikannya agar berpikir lebih terarah. Akhirnya aku bermelan-melan lagi hari ini. Bukan aku menginginkannya, tapi tiba-tiba aku memikirkan beberapa kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu, terlalu membahagiakan tetapi sangat singkat. Hampir seperti sebuah mimpi, hanya saja saat itu benar-benar terjadi dalam kenyataan. Saat itu pernah datang dan hilang dalam sekejap di hidupku.

Membuat perubahan adalah satu hal yang baru berani aku lakukan akhir-akhir ini. Aku tak pernah berani berubah sebelumnya karena aku ingin orang melihatku sama seperti sebelumnya, ya, dan itu adalah satu kesalahan fatal yang ada dalam hidupku, menghambat perubahan karena ingin menjadi diri sendiri. Kebodohanku adalah tak pernah mengerti bahwa perubahan bukan berarti tidak menjadi diri sendiri. Perubahan adalah menjadi lebih baik dari sebelumnya tanpa merubah siapa dirimu yang sebenarnya.

Aku selalu bisa mengkondisikan sekelilingku dengan sangat baik. Menyesuaikan perasaan yang sedang aku rasakan. Seperti saat ini, panas terik matahari tak mencerahkan kabut yang menutupi hatiku, hembusan angin yang lembut justru menebalkan lapisan kabut itu.

Selalu ada perbedaan mencolok dalam caraku menulis di blog ini, ketika aku sedang melan dan membaca tulisanku saat sedang bahagia, aku seperti tak mengenal diriku yang sedang bahagia itu. Ketika bahagia, bahasaku berubah begitu bersemangatnya, membacanya aku bisa merasakan kembali perasaan ketika aku menulisnya, tapi tidak bisa merubah perasaan yang sedang aku rasakan. Ketika sedang sedih, yah, aku benci cara bicaraku waktu sedang menjadi melankolis sejati, bahasanya terlalu dalam dan menyedihkan.

Ada satu hal yang aku pelajari dalam hidupku dan selalu aku katakan pada diriku sendiri, "Kamu tak akan pernah bisa benar-benar berbahagia, jika kamu selalu memikirkan bahwa ada orang yang bersedih saat kamu berbahagia. Kamu berhak berbahagia tanpa harus membuat semua orang disekelilingmu berbahagia. Jika kamu ingin berbahagia dan membahagiakan semua orang disekelilingmu, itu adalah satu hal yang mustahil dan kamu tak akan pernah bisa bahagia karenanya."

Saturday, August 20, 2011

Man

Laki-laki, dari kecil yang aku tau adalah bahwa seorang ayah adalah kepala keluarga. Dan saudara laki-laki adalah orang yang akan melindungi saudara perempuannya. Dulu, segalanya tampak begitu indah dan berjalan sesuai yang seharusnya terjadi. Semakin dewasa, semakin banyak keganjilan yang ada dalam hukum itu. Emansipasi wanita seperti telah merubah hukum yang seharusnya berjalan.

Pencari nafkah tak lagi laki-laki, wanita pun menjadi orang yang mencari nafkah. Menurutku, emansipasi wanita ini benar-benar menumbuhkan laki-laki yang pemalas dan tak ingin bekerja. Mungkin karena menganggap wanita bisa melakukan segalanya. Aku tau ada sepasang suami istri, dimana istrinya yang bekerja dan suaminya hanya menjadi "ayah rumah tangga". Sungguh ironis, tapi itulah yang terjadi.

Walau bagaimanapun, laki-laki selalu lebih kuat dari wanita, karena seperti itulah adanya. Mungkin yang membuat semuanya berubah adalah karena salah satu sifat wanita yang selalu ingin berkorban untuk orang lain, terutama yang mereka sayangi. Berusaha memberi lebih banyak bantuan dan enggan untuk menerima bantuan lebih.

Aku suka melihat laki-laki yang memiliki prinsip bahwa laki-laki dan perempuan berbeda. Dimana mereka selalu berusaha melakukan segala sesuatu lebih dulu dibandingkan wanita. Tau menempatkan diri. Mengerti bahwa mereka lebih dari wanita, memiliki ketegasan memutuskan sesuatu, dan tak takut anggapan orang lain tentang keputusan yang mereka ambil, mereka tetap akan berdiri dalam pendiriannya. Tak mudah menemukan laki-laki yang seperti itu sekarang ini. Selama hidupku, sepertinya aku hanya menemukan tak lebih banyak dari jumlah jari di satu tanganku.

Monday, August 15, 2011

Letting Go

Memberikan apa yang tak kamu suka kepada orang lain adalah suatu hal yang sangat mudah. Semua orang bisa melakukannya. Ketika kamu memberikan apa yang kamu suka kepada orang lain, saat itu kamu belajar merelakan.

Entah berapa kali aku melakukannya. Kadang mengingatnya membuatku cukup sedih. Merelakan apa yang kamu suka untuk dimiliki oleh orang lain sungguh adalah satu hal yang cukup berat. Dan tak banyak yang bisa melakukannya. Mungkin jika ini adalah barang, aku bisa merelakan dengan cepat. Tapi jika ini adalah orang yang sangat kamu suka, semua jadi berbeda.

Sering aku mendengar dan melihat banyak hal buruk terjadi dalam hubungan cinta. Banyak orang menghalalkan segala cara untuk mendapat apa yang mereka inginkan. Aku pernah berpikir, jika manusia diciptakan berpasangan, kenapa kita bisa jatuh cinta pada banyak orang yang berbeda? Mungkin akan lebih baik jika cinta bisa seperti cerita warewolf di twilight, yaitu imprint. Ketika bertemu dengan pasanganmu, kalian akan lengket dan tak akan terpisahkan.

Tapi itu hanyalah sebuah cerita karangan manusia yang tentu saja tak mungkin ada di dunia nyata. Kenyataan yang ada tetap sama, cinta tak bisa dipaksakan. Ketika kamu menyukai seseorang yang tak menyukaimu, maka semua itu adalah satu hal yang sia-sia.

Letting go doesn’t mean that you don’t care about someone anymore. It’s just realizing that the only person you really have control over is yourself.
(Debrah Reber)

Sunday, August 14, 2011

Have you ever been in love before?

Apakah kamu tau, apa sebenarnya cinta itu? Satu kata, ya, hanya satu kata itu yang sampai saat ini aku tak benar-benar yakin arti yang sebenarnya. Sayang dan cinta, mana yang lebih dalam? Aku tau seperti apa rasa sayang itu. karena aku pernah merasakannya. Satu perasaan yang ada untuk orang tuamu, saudaramu, mungkin juga untuk teman baikmu. Cinta, mungkin sama dengan rasa sayang, hanya saja aku rasa ada beberapa bumbu tambahan yang ada di dalamnya. Rasa ingin memiliki, ingin bersama dan berbagi segala hal. Yap, aku rasa itu cinta dan sepertinya ini tak akan salah =D

Waktu aku sayang seseorang, aku ingin melindunginya, memberi perhatian lebih untuk mereka, tapi tak ada keinginan untuk memiliki, mungkin ada rasa ingin berbagi cerita, but that's it. Waktu perasaan cinta yang ada, satu perbedaan yang paling aku sadari adalah perasaan ingin memiliki, perasaan patah hati, dan berbunga-bunga seperti terbang di angkasa pada saat-saat tertentu.

Ada satu hal yang pernah aku dengar, dan aku rasa mungkin itu benar.
"Mereka yang pernah merasakan jatuh cinta dan patah hati jauh lebih beruntung dibandingkan mereka yang tak pernah mengenal cinta dalam hidupnya"

Mungkin patah hati akan membuatmu "agak" menderita, tapi menurutku itu cukup adil karena ketika kamu jatuh cinta, perasaan itu membuatmu sangat bahagia.

Saturday, August 13, 2011

See Ya ft Davichi - 다 컸잖아 Deo keotjanha (You’re All Grown Up)

참 어제 이별은 내가 너무 어려서
cham eoje ibyeoreun naega neomu eoryeoseo
The first time I broke up with someone, because I was so young,

창피한 줄도 모르고 펑펑 울었어
changpihan juldo moreugo peongpeong ureosseo
I cried buckets of tears without feeling ashamed.

하나 둘 사랑을 겪고 나이도 먹어 가면서
hana dul sarangeul gyeokkgo naido meogeo gamyeonseo
After I’d been through love’s ordeal a few times more as I grew older

더는 울지 말자고 아파하지 말자고
deoneun ulji maljago apahaji maljago
I decided not to cry any more, not to suffer any more,

아무리 결심해도 그게 안돼
amuri gyeolsimhaedo geuge andwae
No matter what the outcome, I wouldn’t do that sort of thing.

**이제 다 컸잖아 어른이 됐잖아
ije da keotjanha eoreuni dwaetjanha
I’m a big girl now after all, I’ve grown up now after all

철이 없는 거야 뭐야 왜 자꾸만 우는 거야
cheori eomneun geoya mwoya, wae jakkuman uneun geoya
It’s childish, what is there to keep on crying about?

이제는 더 이상 남자때문에 울지 않겠다고 결심했는데
ijeneun deo isang, namjattaemune ulji anketdago gyeolsimhaenneunde
They say at my age I shouldn’t be weeping any more because of a man,

그것도 못 지켜 우는 내가 미워**
geugeotdo mot jikyeo uneun naega miwo
If things turn out badly I don’t mind, I hate to cry.

사랑을 시작하면 이별을 예정하고
sarangeul sijakhamyeon ibyeoreul yejeonghago
I found another love, but the time has come to part,

이번엔 울지 않겠지 멋진척해도
ibeonen ulji anketji meotjincheokhaedo
I’m sure not going to cry this time, I’m going to pretend to be cool about it.

어느새 흐르는 눈물 나를 바보로 만들고
eoneusae heureuneun nunmul, nareul baboro mandeulgo
Suddenly tears start to fall and make me look a fool,

더는 울지 말자고 아무리 다짐해도
deoneun ulji maljago amuri dajimhaedo
I said I wouldn’t cry any more, but despite all my resolve,

이별 앞에 왜 또 난 눈물이 나
ibyeol ape wae tto nan nunmuri na
faced with breaking up, why am I weeping yet again?

**REFRAIN**

울지않을래 울기가 싫어
uljianheullae ulgiga sirheo
I’m not going to cry, I hate crying,

싫다는데 왜 자꾸 흘러
sirtaneunde wae jakku heulleo
why do my tears keep flowing?

어른이 되면 자꾸 사랑을 하면
eoreuni doemyeon jakku sarangeul hamyeon
If I’m grown up, even if I keep on falling in love,

눈물 따윈 마를 줄 알았는데
nunmul ttawin mareul jul aranneunde
I thought my tears would have all dried up.

**REFRAIN**

Friday, August 12, 2011

Friend

Ada beberapa orang berkata kepadaku, bahwa yang namanya teman baik itu nda ada. Dan ada kalanya aku juga merasakan hal yang sama. Seseorang mungkin akan mendekatimu karena kamu adalah orang yang pandai, kaya, cantik, atau populer. Yah, hanya jika kamu punya kelebihan, akan ada banyak orang yang ingin mengenal dan berteman denganmu. Dan bagi mereka yang hanya biasa-biasa saja tanpa ada kelebihan, akhirnya mereka tersingkir dan berteman dengan mereka yang juga tersingkirkan. Tapi suatu kepedihan tersendiri bagi mereka yang punya kelebihan, ketika kepandaian, kekayaan, kecantikan dan popularitas tak lagi mereka miliki. Satu persatu, mereka yang menyebut dirinya "teman", akan pergi menjauh.

Mungkin ada, beberapa orang, yang akan datang menemani dan mengobrol denganmu ketika mereka memiliki suatu masalah. Dan mereka hanya akan mencari mu ketika mereka punya masalah. Saat mereka tak ada masalah, mereka bahkan tak akan pernah mengajakmu bicara. Mengecewakan ... Tapi begitulah adanya. Manusia memiliki egonya masing-masing, selalu seperti itu. Orang yang cuek, apa yang akan mereka rasakan tentang teman ya?

Dulu, aku berteman dengan siapapun. Tapi semakin dewasa, ada banyak perubahan dalam pandanganku. Seharusnya kita berteman dengan orang pintar, karena dengan begitu kita bisa berpikir seperti cara mereka berpikir. Tapi aku tak pernah nyaman berteman dengan orang pintar, karena menurutku mereka benar-benar sangat tertutup. Aku selalu merasa mereka sangat licik dan bisa mengorbankan teman demi mencapai apa yang mereka inginkan. Ketika ada nilai yang lebih baik, kebanyakan dari mereka akan mencari tau nilai yang lainnya, saling iri dan sebagainya, banyak kemunafikan di dalamnya. Itu sebabnya, pernah suatu kali aku dekat dengan seorang teman, entahlah, aku hanya merasa ingin dekat dengannya. Dan kemudian aku tau bahwa dia adalah anak yang sangat pandai. Kemudian aku melangkah mundur.

Ada seorang temanku, pandai, dan ketika ia tau pandanganku tentang orang pandai, ia berkata bahwa tak semua orang seperti itu, tetapi ia justru adalah orang itu, orang pandai yang picik dan berpikiran sangat dangkal. Kebanyakan orang pintar berpikir dengan politiknya, mereka seperti bunglon, yang mengubah warna mereka sesuai dengan dimana mereka berada saat itu.

Sebenarnya tak semua orang yang pandai berpikiran dangkal dan picik. Dan aku benar-benar sudah membuktikannya. Mungkin benar seharusnya kamu mendekati orang itu dan mencari tau kenyataan yang sebenarnya. Baru kemudian mengambil keputusan untuk menjadi teman dekat atau meninggalkannya. Entah kenapa aku tak bisa melakukannya. Ketika dekat dengan seseorang, aku berjalan karena perasaan, dan itu artinya, jika ada hal jelek padanya, aku tak akan pergi karena tak suka, tapi aku akan bilang bahwa aku tak suka, dan mungkin perlahan-lahan membuatnya berpikir dengan cara lain sehingga hal jelek itu bisa berkurang dan akhirnya hilang.

Wednesday, August 10, 2011

Life

Inilah hidupku, dengan setiap masalah yang ada di dalamnya. Mengeluh tak akan ada gunanya, hanya akan menghabiskan tenaga dan semakin membuatku menjadi lebih lelah. Aku hanya melangkah dan mengerjakan setiap hal yang ada.

2,5 tahun sudah, papaku menderita sakit. Agak aneh, cegukan yang tak bisa berhenti. Beberapa waktu yang lalu aku kira beliau sudah sembuh dan aku mulai bisa menjalani hidupku dengan normal, ternyata aku salah. Mungkin semua jauh lebih baik jika beliau segera sembuh. Aku bisa fokus pada kuliah dan bisa menjadi seorang remaja dewasa seperti layaknya yang lain. Tetapi sepertinya itu juga akan sedikit berbeda. Bagaimanapun, menjadi dewasa dengan didikan dikeluargaku, tak mengenal yang namanya sahabat. Tapi inilah aku, melenceng dari lingkungan yang ada, mencari tau kebenaran dan membuktikan bahwa perasaanku benar. Walaupun sering kali aku kecewa, dan berpikir bahwa sahabat memang tak ada, pada akhirnya aku akan tetap menuruti perasaan bahwa sahabat itu ada, dengan cara yang selalu berubah karena pengalaman-pengalaman yang ada.

Kuliah, selama ini aku mengira bahwa IQ-ku mungkin menurun, karena nilaiku semakin lama menurun dan mengagetkanku dengan kemerosotan yang cukup banyak. Ada kalanya aku berpikir, mungkin jika aku berada dikondisi seperti mahasiswa lainnya, yang hanya fokus pada kuliah tanpa ikut memikirkan hal yang lain aku bisa menyelesaikan kuliah ini dengan baik. Tetapi, sekali lagi aku nda menjalani kehidupan kuliah layaknya mereka. Membantu pekerjaan orang tua di tambah kuliah beserta tugas-tugasnya sering kali membuatku jenuh. Ditambah kenyataan bahwa papaku masih sakit dan kemungkinan bahwa mamaku punya gejala stroke semakin memenuhi pikiranku, berpikir apa yang seharusnya aku lakukan, bagaimana bekerja dan mendapatkan uang, disamping pemikiran bahwa aku butuh teman, dan lainnya.

Inilah kehidupan, dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, waktu, kesempatan, perasaan, penderitaan, kebahagiaan, masalah dan solusinya, cara kita memandang dan menghadapi sesuatu. Kedewasaan, dan pilihan yang diambil, semua memiliki resikonya dan yang bisa kita lakukan adalah menganalisa resiko yang ada, dan memilih yang paling baik dan benar untuk diri kita dan orang lain.

Banyak masalah dalam hidupku, tapi masalah itu menambah pengalamanku dan mendewasakan aku. Tapi aku masih punya lebih banyak hal untuk disyukuri setiap harinya. Kenyataan bahwa aku menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, kenyataan bahwa aku memiliki teman-teman yang jauh lebih banyak dari sebelumnya, dan yang terpenting adalah kenyataan, bahwa aku berani mengubah diriku menjadi lebih baik dari sebelumnya, keluar dari zona nyaman dan aman yang selama ini ditanamkan dalam diriku yang akhirnya melekat begitu kuat dalam diriku. Dan aku berhasil keluar dari sana, perlahan-lahan, tapi aku tau pasti bahwa setiap langkah aku keluar dari sana, aku menghadapi satu ketakutan yang ada dalam diriku. Satu hari tak cukup untuk mensyukuri semua itu. Seumur hidup mungkin masih belum cukup untuk mensyukurinya.

Tuesday, August 09, 2011

My Routine

Huff ...
Ini hari kedua masuk kuliah, tapi sudah ada 2 tugas makalah yang keluar. Rekayasa pondasi sama ISBD. Mulai sedikit lelah dengan aktivitas yang ada. Padahal besok benar-benar hari yang paling membabi buta, kuliah dari pagi sampe malam x_x

Ada 3 mata kuliah yang ketolak, mata kuliah yang harus aku ambil karena nda isa ambil manajemen konstruksi supaya semester depan bisa tetep jalan. Padahal waktu prs aku sudah memasukkan 20 sks pilihan 1 dan sisanya di pilihan 2. Ada banyak keanehan dalam penerimaan kelas. Tapi tak jadi masalah. Setiap masalah selalu ada solusinya, ketika suatu masalah tak memiliki solusi, maka itu bukan masalah =D

Aku mulai bekerja sambilan lagi, untuk kedua kalinya. Aku ingin menambah pemasukan sendiri, karena ada masalah dalam keluarga yang tak bisa diceritakan ke sembarang orang. Ya, dan dari sinilah aku mengerti bahwa aku benar-benar tak bisa bekerja dengan adanya jadwal pasti yang harus dijalani berulang kali. Mungkin karena selama ini aku melihat bagaimana orang tuaku bekerja. Menjadi wiraswasta melanjutkan pekerjaan orang tuaku sepertinya akan menjadi pilihan pertama dalam urutan pekerjaan yang aku inginkan. Karena disitu aku bebas melakukan apa yang aku inginkan, menjalankan sistem yang selama ini aku bayangkan dan bisa memilih hari libur sesuai yang aku ingini.

Selain itu, mungkin aku akan membuka beberapa bisnis lain lagi. Kemudian belajar tentang hukum (sepertinya aku nda jadi ambil s1 hukum karena aku malas sekali harus ikut ospek sekali lagi, lebih baik cari uang, daripada menghabiskan uang untuk membayar biaya kuliah, toh kuliah juga sebenarnya hanya menjadi lebih tau dari buku-buku yang ada). Mmm, sepertinya membeli beberapa buku psikologi juga mengasikkan. Psikologi adalah satu-satunya yang menarik perhatianku sejak lama, mungkin kalau di kampusku saat ini ada jurusan psikologi, aku pasti langsung masuk disana. Rasanya menyenangkan sekali mencari tau karakter-karakter orang dan sebagainya. Tapi sepertinya rugi kalo kuliah jurusan itu. Aku dengar kebanyakan orang yang masuk psikolog punya perasaan ingin saling menusuk dari belakang. Tapi aku tak benar-benar percaya karena pada kenyataannya tak semua orang seperti itu. Membaca buku psikologi sangat menyenangkan. Dulu waktu aku SMA, tiap kali ke perpustakaan aku pasti menuju lorong buku psikologi dan meminjamnya. Pernah suatu kali, ada satu buku tentang penyiksaan anak oleh orang tuanya, judulnya "A Child Called It". Ceritanya tentang seorang anak yang disiksa oleh ibunya sendiri hingga punya trauma yang sangat besar sekali, sangat kejam dan diceritakan dengan detail yang cukup banyak, sering aku merinding ketika membayangkan kejadian yang sesungguhnya. Aku membeli buku kelanjutannya. Dan ketika membacanya, mamaku marah luar biasa karena aku membaca buku yang menurut beliau bukan urusanku. Ada yang aneh dengan aku? Aku sendiri tak tau, aku selalu suka ikut ambil bagian dalam masalah orang, terutama yang berhubungan dengan perasaan dan relasi dengan yang lain. Bukan untuk mencampuri urusannya, hanya saja aku benar-benar merasa bisa belajar lebih banyak, dan bisa membantu orang itu melihat dari sudut pandang lain yang sebelumnya tak pernah ia sadari.

Sepertinya belajar buku psikologi yang pertama deh. Terlalu menarik untuk dilewatkan. Aku sedang mencari tau kenapa ada orang yang memiliki cara pandang saudara tak beda dengan orang lain. Sangat menyedihkan membayangkan jika aku adalah saudara kandungnya, dan mengetahu bahwa aku tak beda dengan orang lain. Dimana tiap pertemuan antara kami adalah pertemuan hanya untuk membicarakan tentang bisnis dan tidak tentang yang lainnya, termasuk keluarga. Bagaimana bisa seorang anak tak bisa memberikan telinga untuk mendengar keluh kesah orang tuanya sehingga beliau bisa sedikit lega karena bisa mengutarakan perasaannya, bagaimana bisa seorang anak meminta sesuatu yang membutuhkan uang sangat banyak tanpa memikirkan bahwa orang tuanya memikirkan hal itu hingga stress dan depresi, terlalu banyak hal yang ingin aku ketahui, mungkin suatu saat nanti, setelah lulus kuliah mungkin, perlahan-lahan menganalisa dan mencari jawabannya.

Monday, August 08, 2011

So Sad

Pernahkah kamu merasakan patah hati? Aku merasakannya beberapa kali. Dan ini yang paling menyakitkan.

Aku tak mengerti apa itu cinta. Tak benar-benar mengerti untuk bisa memastikan bahwa perasaan yang aku rasa ini cinta. Bagaimana bisa mengetahui bahwa ini benar-benar cinta?

Pengorbanan? Ketika kamu menyukai seseorang dan kamu membiarkannya memilih dan pergi dengan orang yang dicintainya, apa itu cinta? Ketika kamu menemaninya untuk meyakinkan dirimu bahwa ia baik-baik saja, apa itu cinta? Ketika dia pergi untuk orang yang dia cinta, dan kamu menangis sendirian, apa itu cinta? Ketika ia menganggap bahwa kamu tak benar-benar mencintainya, dan kamu terlalu sedih karennya, apakah itu salah? Perasaan itu aneh. Terlalu kompleks untuk bisa didefinisikan, terlalu rumit bila dirasakan dan dipikir.

Aku termasuk orang yang egois mungkin bisa di bilang sombong untuk masalah tertentu, dan aku jarang sekali mengungkapkan perasaan pada orang yang bersangkutan. Terlalu banyak ketakutan, telalu banyak resiko yang mungkin ada.

Mungkin benar, wanita lebih butuh dicintai daripada mencintai.

Sunday, August 07, 2011

Photo and Friendship

Aku suka foto, entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Yang aku tau, foto-fotoku mulai banyak sejak SMA. Tak ada yang spesial, alasan mengapa aku suka foto, mungkin karena dari situ aku mengamati perubahan yang ada pada diriku. Rona wajah, senyuman, hingga berat badan.

Persahabatan adalah satu hal yang paling aku hargai, disamping kepercayaan. Tak mudah menemukan orang-orang yang bisa memahami, menerima, bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkanmu ketika kamu ada masalah, membantumu, dan menegurmu ketika kamu salah.

Aku pernah kepaitan dengan teman, sering malah. Tapi aku tau aku punya sahabat dan mereka adalah yang terbaik yang pernah ada, selalu menjadi yang terbaik. Menjadi sahabatku, dulu mungkin itu satu hal yang sangat mudah, karena aku membuka ruang untuk siapapun yang ingin menjadi teman dekatku, tapi sekarang berbeda, ada banyak hal yang perlu dilalui di dalamnya. Aku telah belajar banyak tentang persahabatan, tentang bagaimana teman yang tulus dan bagaimana yang hanya memanfaatkan. Dan aku akui, cara pandangku tentang teman yang baik selama ini adalah salah. Mungkin tak sepenuhnya salah, karena tiap orang punya karakter yang berbeda, tapi aku mulai menjaga siapa yang bisa menjadi teman dekatku.

Ketika dekat dengan seseorang, sangat mudah untuk menumbuhkan rasa sayang dari kedekatan itu. Ingin memberikan lebih banyak dan membuat mereka bahagia, ingin berbicara banyak dan tak ingin mengakhirinya. Aku suka sekali foto dengan teman-teman dekatku. Alasannya bukan untuk pamer. Tapi aku ingin, jika ternyata suatu saat nanti, sesuatu terjadi padaku hingga aku tak ingat siapa-siapa, aku bisa membuka kenangan yang ada, lewat foto-foto itu, dan cerita di buku harianku. Tapi saat ini buka harian terlalu berbahaya, ada rasa malu ketika tau ada orang yang mungkin akan membuka dan membacanya, karena bahasaku yang sangat puitis ketika menulis didalamnya. Seolah berbicara dengan diriku yang lain, dan hanya untuk kami berdua.

Foto bagaikan sebuah simbol yang menguatkanku bahwa aku dekat dengan mereka, dan itu adalah hal yang nyata, bukan hanya bayang-bayang dalam pikiranku. Ada kalanya ketika aku dekat dengan seseorang, tetapi tak memiliki satu foto pun dengannya, seolah-olah ada satu hal yang salah, seperti rasa bahwa dia tak benar-benar bahagia berteman denganku dan itulah alasan mengapa tak ada satu pun foto kami bersama. Dan itu terlalu menyakitkan untuk dirasakan.

Pertama kalinya aku menyadari hal ini adalah saat pertama kalinya aku tau bahwa aku punya sahabat. Betapa bahagianya ketika seseorang berkata bahwa aku adalah sahabatnya. Aku bukan orang yang bisa dengan terang-terangan berkata demikian, mungkin karena ada rasa takut bahwa dia mungkin tak menganggapku sahabatnya juga. Dan yang biasa aku lakukan hanyalah memberi, dan yang paling sering kulakukan adalah memberi perhatian.

The Game

Dalam hidup ini, kita tak lepas dari permainan hidup. Pertahanan diri dan kepandaian untuk mengetahui situasi seharusnya ditanamkan sejak usia dini. Ada banyak hal yang mengubahku menjadi diriku yang sekarang. Perubahan yang terjadi karena hinaan dan olokan teman-temanku dulu. Mungkin itulah satu pelajaran yang membuatku semakin bijak sana.

Dan mungkin satu hal yang aku tau. Pikiran tetap ada, walaupun kita mati. Dan pikiranku masih ada dalam kehidupanku yang sebelumnya (mungkin). Karena aku tak pernah berpikir bahwa kehidupan adalah hal yang picik. Ketika seseorang tak berani keluar dari zona nyamannya, dan berkutat pada kehidupan apa adanya. Seperti itulah dia seumur hidupnya. Dan aku ingin berubah, menjadi seseorang yang berbeda, dengan sifat yang sama tetapi lebih bijak. Kepolosan adalah sifat dasar manusia, kepicikan adalah sifat yang terbentuk dari pengamatan dan pengalaman. Kebijaksanaan adalah tetap dalam sifat asli kita tetapi lebih menggunakan pikiran dalam menjalankannya.

Aku yang dulu, mungkin aku akan sangat marah, kecewa, dan menangis seorang diri ketika menghadapi keadaan ini. Ketika mengetahui bahwa diriku tak lebih baik dari sebuah boneka, yang dimainkan oleh orang yang ingin memainkannya.

Ada dua hal yang bisa kita lakukan dalam menghadapi suatu masalah, kita tetap terpuruk dalam masalah itu, menyalahkan diri sendiri atau orang lain, atau kita berpikir dan mencari solusi sehingga kita dapat bangkit lagi dari keterpurukan yang ada. Segala sesuatu butuh proses, dan disinilah awal aku akan memulainya~

Friday, August 05, 2011

Pure like water

Beberapa hal dalam hidup ini tidak dapat kita pilih. Tentang siapa orang tua kita, kapan kita dilahirkan, kapan kita mati. Tak ada yang pasti. Tetapi beberapa hal adalah sebuah pilihan. Tentang apa yang akan kita lakukan, akan menjadi seperti apa kita nantinya.

Ada satu hal, mungkin akan berubah seiring perjalanan hidupku. Polos? Lugu? Kadang kala hal ini benar-benar menjadi satu batu sandungan bagiku. Sering dalam hidupku aku merenung dan bertanya, mana yang lebi baik? orang yang baik atau orang yang jahat. Sampai saat ini, aku rasa orang jahat adalah orang yang sebenarnya baik, dan orang yang baik belum tentu benar-benar baik.

Sering pada saat-saat tertentu, aku bertanya-tanya, berpikir dan merenung, seperti aku kah orang-orang yang baik hati itu? Jika benar demikian, aku rasa ada banyak sekali orang yang perlu dikasihani di dunia ini, karena itula yang aku rasakan pada diriku. Mungkin aku baik, tapi aku tau aku belum bijaksana, dan disitulah kesalahannya. Aku tak tau mana yang harus aku pilih dan aku selalu memilih untuk menjadikan diri sendiri sebagai korban. Terlalu bodoh? Ya, aku tau. Mungkin terlalu peka adalah satu kekurangan yang ada dalam diriku. Walaupun bisa dikatakan itu satu kelebihan juga.

Apa iya, hidup di dunia ini kita harus berjalan seorang diri? Apa iya, tak ada seorang pun yang bisa kita percaya benar-benar?

I feel blue, like the sky at noon, like water in the sea~

Aku tau ini salah, tapi aku akan tetap mengikuti perasaan ini, karena aku akan berubah, dan suatu saat, aku tak akan bisa merasakan kesedihan seperti yang bisa aku rasakan saat ini, karena saat itu aku akan menjadi lebih dewasa dan bijaksana, sehingga tak ada satu perkara pun yang bisa membuatku merasa cukup sedih untuk dikasihani dan merasa menjad orang yang sangat bodoh. Yang aku tau, aku adalah seorang yang penuh dengan keberuntungan, dan semua tu tak pernah dapat terukur dengan apapun, sekalipun dengan besarnya kesedihan yang ada. Aku rasa, oran baik selalu punya banyak keberuntungan, dan ketika aku melakukan segala sesuatu dengan tekad baik, keberuntungan yang ada semakin besar.